Batas Koordinat
Kabupaten Wakatobi berbentuk kepulauan dan terletak di tenggara Pulau Sulawesi. Secara astronomis, Kabupaten Wakatobi berada di selatan garis khatulistiwa, membujur dari 5,00º sampai 6,25º Lintang Selatan (sepanjang ± 160 km) dan melintang dari 123,34º sampai 124.64º Bujur Timur (sepanjang ± 120 km).
Batas Wilayah
Adapun batas wilayah kabupaten Wakatobi ialah:[1]
Demografi
Jumlah penduduk menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2000 berjumlah 87.793 jiwa yang terdiri dari laki-laki 42.620 jiwa dan perempuan 45.173 jiwa. Tiga tahun kemudian, yaitu pada tahun 2003 diadakan pendaftaran pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan yang disingkat P4B secara sensus dengan hasil jumlah penduduk sebanyak 91.497 jiwa atau selama tiga tahun naik sejumlah 3.704 jiwa atau sekitar 1,41 persen per tahun. Sementara pada tahun 2021, jumlah penduduk Wakatobi sebanyak 111.402 jiwa.[1]
Jumlah penduduk berada di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, 23,37% berada di Kecamatan Wangi-Wangi, 19,05% berada di Kecamatan Kaledupa, 17,86% berada di Kecamatan Tomia dan 15,01% berada di Kecamatan Binongko. Jumlah penduduk bila dibandingkan dengan luas wilayah, maka kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Kaledupa 166 jiwa/km², menyusul Kecamatan Tomia 141 jiwa/km², kemudian Kecamatan Wangi-Wangi Selatan 109 jiwa/km².
Mayoritas penduduk Wakatobi manganut agama Islam. Berdasarkan data Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk yang manganut agama Islam sebanyak 99,86%. Dan sebagian kecil menganut agama Kristen yakni 0,05%, dan lainnya 0,09%.[2] Tempat ibadah menurut agama 2021, Masjid sebanyak 142 bangunan dan Mushollah 20 bangunan. Sementara Gereja, Pura dan Vihara tidak ada.[1]
Pariwisata
Pesta Adat dan tradisi
Tradisi Karia'a, salah satu Daftar Warisan Budaya Takbenda Indonesia.
- Pesta adat Karia’a merupakan tradisi khas masyarakat Kaledupa. Usungan 15 sampai 20 dalam sekali upacara.
- Tradisi adat Pencak Silat, tradisi adat masyarakat Kaledupa.
Masyarakat Adat Kadie Liya
- Tradisi Tenun Hemoru, merupakan tradisi menenun kain secara tradisional, menggunakan alat-alat yang terbuat dari kayu besi sehingga menghasilkan hasil tenunan kain yang berkualitas dan di pakai sebagai kain pada upacara maupun acara-acara kebudayaan
- Tradisi adat Posepa'a, satu satunya tradisi adu kekuataan yang ada di pulau wakatobi, menggunakan tendangan kaki sebagai alat untuk menyerang dan bertahan, pada masanya di gunakan sebagai sarana merekrut dan melatih kekuatan prajurit pada kerajaan liya. Tradisi yang dihadiri ratusan orang tersebut hanya di selenggarakan pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha setiap tahunnya.
- Tari Honari Mosega, merupakan tari tradisional yang menceritakan dan sekaligus menampilkan kedikdayaan para pemuda liya
- Tamburu, penampilan dalam memainkan alat musik gendang, biasa di tampilkan pada acara acara resmi pemerintah kab wakatobi, dan acara kebudayaaan liya
Tari Tradisional Kaledupa
- Tari Lariangi, merupakan tari tradisional Kecamatan Kaledupa yang lahir pada tahun 1634 dikala Raja Buton yang pertama berkuasa yaitu WA KAKA.
- Tari Hebalia, merupakan tari tradisional Kecamatan Kaledu pa, diciptakan oleh para dukun pada zaman dahulu,
- Tari Sombo Bungkale, merupakan tari tradisional Kecamatan Kaledupa Selatan. Tarian ini dilakoni oleh penari gadis cantik sebanyak 12 orang.
Wisata Taman Nasional
Pantai Sousu di Taman Nasional Wakatobi
Taman Nasional Wakatobi merupakan salah satu dari 50 taman nasional di Indonesia, yang terletak di kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Taman nasional ini ditetapkan pada tahun 1996, dengan total area 1,39 juta ha, menyangkut keanekaragaman hayati laut, skala dan kondisi karang; yang menempati salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia. Kedalaman air di taman nasional ini bervariasi, bagian terdalam mencapai 1.044 meter di bawah permukaan air laut.
Taman Nasional Wakatobi, Menyajikan Berupa:
- Terumbu karang
- Ikan
- Satwa lain
- Keistimewaan, dan
- Pulau Hoga
Wisata Alam
- Benteng Tindoi, merupakan salah satu objek wisata budayaberada di Kecamatan Wangi-Wangi, berjarak ± 5 Km, dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat selama ±15 menit dari pusat kota.
- Benteng Liya dan Masjid Keraton Liya, terletak di desa Liya Togo, kecamatan Wangi-Wangi Selatan. Benteng Liya terdiri dari 3 lapis Benteng dengan luas 52,9 Hektar terdiri dari 17 Lava (Pintu), 17 lava tersebut merupakan pintu keluar yang digunakan masyarakat kerajaan untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya dengan rincian 14 lava pintu keluar yang umum digunakan masyarakat & 3 Lava Lingu Pintu rahasia Emergency. Di dalam benteng terdapat Masjid Keraton Liya. Benteng ini berjarak 8 Km atau 15 menit dari Ibu kota Kabupaten, dapat ditempuh menggunakan alat transportasi roda dua dan empat.
- Benteng Mandati Tonga. Benteng Mandati Tonga terletak di Desa Mandati Kecamatan Wangi-Wangi Selatan. Benteng tersebut berbentuk persegi panjang dengan luas ± 1 hektare. Pagar tertinggi benteng sekitar 7 meter terletak di bagian barat dan selatan.
- Benteng Togo Molengo, terletak di Puncak Gunung Pulau Kapota, dapat ditempuh ± 20 menit menggunakan perahu tradisional dari Wangi-Wangi, lalu dengan kendaraan roda dua ±10 menit.
Pulau Keledupa
- Makam Tua dan Kamali, berada di Desa Pale’a Kecamatan Kaledupa Selatan.
- Benteng Ollo dan Masjid Tua, merupakan situs sejarah peninggalan kebudayaan masyarakat di Pulau Kaledupa yang hingga kini tetap terjaga dan dilestarikan oleh masyarakat setempat. Di dalam Benteng Ollo terdapat Masjid Tua yang berukuran 6,5 x 7 meter.
- Benteng La Donda, merupakan salah satu situs sejarah peninggalan kebudayan masyarakat Kaldupa.
Pulau Tomia
- Benteng Patua, adalah salah satu situs sejarah kebudayaan masyarakat Tomia.
- Benteng Suo-Suo, berada di desa Kahianga kecamatan Tomia timur, berjarak ± 3 km dari ibu kota kecamatan.
- Masjid Tua Onemay, merupakan berada di kelurahan Onemay, kecamatan Tomia.
Pulau Binongko
- Benteng Palahidu, merupakan salah satu peninggalan sejarah masyarakat Binongko yang berada di Desa Palahidu Kecamatan Binongko. Benteng Palahidu terletak di atas tebing bagian utara pinggir pantai Pulau Binongko.
- Benteng Wali, adalah salah situs sejarah peninggalan masyarakat Togo Binongko.
Pulau Tomia
- Pesta adat Safara, pesta adat masyarakat Tomia yang dilakukan pada setiap Bulan Safar.
- Tradisi Bose-Bose, tradisi yang dilakukan dengan menghiasi perahu dengan hiasan berwarna-warni, dan dimuati sajian masakan tradisional, seperti Liwo, lalu diarak mengelilingi pantai dari Dermaga Patipelong menuju Dermaga Usuku sampai ke Selat One Mobaa, sambil menabuh gendang. Pesta adat ini dilaksanakan bertujuan agar semua dosa dapat hanyut bersama riaknya air laut.
- Tari Sajo Moane, tarian sakral yang dimaikan oleh kaum laki – laki.
- Tari Sajo Wowine, tarian sakral yang dimainkan oleh kaum wanita, tarian ini dipentaskan dengan sebuah nyanyian yang menceritakan kehidupan masyarkatan Tomia pada masa lampau.
- Tari Saride merupakan tarian tradisional yang berarti persatuan dan kebersamaan dalam menyelesaikan suatu kegiatan yang menyangkut kepentingan umum.
Pulau Binongko
Tari Balumpa, Tari Balumpa adalah salah satu tari tradisional yang berasal dari Pulau Binongko.
SUMBER : WIKIPEDIA INDONESIA